Pages

Kisah Seorang Pemuda dan Kakek Tua

Pada suatu waktu ada seorang pemuda yang datang ke seorang kakek tua yang bijak. Dengan wajah yang terlihat muram, berjalan tergontai, terlihat sepertinya si pemuda sedang mempunyai banyak masalah. Setelah mengetuk pintu dan masuk akhirnya pemuda bertemu dengan kakek tua lantas pemuda itu berkata banyak hal tentang kesulitan-kesulitan hidup yang ia alami. Mendengar perkataan pemuda si kakek bijak bertolak dari tempatnya menuju ke dapur dan memberinya satu gelas air dan terlihat di tangan kirinya membawa segenggam garam.

Kakek tua menyuruh si pemuda untuk mencampurkan segenggam garam ke dalam gelas yang berisi air. Lantas si pemuda mengikuti perintahnya dan dimasukanlah segenggam garam itu kedalam segelas air. "Saya sudah memasukan garam ini kek, lantas mau di apakan?" si pemuda dengan rasa penasaran bertanya. "Minumlah!" si kakek menjawab dengan simpelnya. Kemudian pemuda itu meminum segelas air yang berisi campuran garam itu. "Ahhh pahit sekali kek" pemuda berkata sambil meludah ke belakang. Kakek bijak itu tersenyum.

Kemudian di ajaklah pemuda ke belakang rumah yang terdapat hamparan telaga yang sangat luas dan airnya yang begitu bening di iringi suara gemercik airnya yang berasal dari pancoran air yang dibuat oleh si kakek. Sambil membawa segenggam garam kemudian beliau menyuruh kembali pemuda itu untuk mencampurkan garam itu kedalam air telaga kemudian mengaduknya. "Sudah saya campurkan garamnya kek lantas mau di apakan?" si pemuda berkata. "Minumlah wahai anak muda" si kakek menjawab. "Subhanallah airnya segar sekali kek sungguh tidak ada rasa asin apalagi pahit seperti tadi saya minum di rumah kakek" pemuda itu menjawab.

Sambil menepuk punggungnya si kakek bijak itu berkata, "wahai pemuda pahitnya kehidupan itu tidak berbeda dengan segenggam garam tidak lebih dan tidak kurang. Yang menentukan pahit dan tidak itu adalah wadahnya. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakan segalanya. Itu semua bergantung kepada hatimu. Jika suatu kegagalan atau kesulitan hidup datang menghampiri hidupmu maka jalan satu-satunya adalah kamu harus melapangkan dadamu menerima segalanya dan luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan hidup".

Pak tua itu kembali berkata, "Hatimu adalah wadahnya, perasaan adalah tempat itu dan kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas tadi tapi jadikanlah hatimu laksana telaga yang akan meredam semua kepahitan hidup dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".

Setelah itu, pemuda itu mengerti akan semua kepahitan hidup yang di alaminya. Dia merasa kurang melapangkan dadanya untuk menerima semua kejadian dan tidak meluaskan hatinya untuk menampung segala kepahitan hidup. Pemuda itu berterima kasih kepada kakek bijak dan hari itu si pemuda mendapatkan sebuah pelajaran hidup yang luar biasa dari kakek tua. Keduanya lantas kembali ke rumah si kakek tua dan pemuda itu pergi.

Semoga bermanfaat.
Salam sukses.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...