Dalam dunia olahraga, jarak 1,6 km atau 1 mile setara dengan 4 kali panjang lintasan lari di lapangan atletik. Jarak tersebut merupakan standar yang sering digunakan untuk uji ketahanan fisik, baik di kalangan atlet maupun institusi militer.
Sebuah penelitian di UT Southwestern Medical Center mengungkap, jarak 1,6 km juga bisa memprediksi risiko stroke dan serangan jantung khususnya pada pria paruh baya. Makin cepat waktu tempuh pada jarak tersebut, makin kecil risiko sakit jantung dalam 10 tahun berikutnya.
Dalam penelitian tersebut para ahli mengamati 11.000 pria yang menjalani tes fisik di Cooper Clinic, Dallas antara tahun 1970-1990. Dari jumlah tersebut, 1.106 partisipan meninggal dunia sebelum tahun 2006 akibat stroke dan serangan jantung.
Setelah menganalisis dan menyesuaikan datanya dengan berbagai faktor lain, para peneliti menyimpulkan bahwa waktu tempuh saat berlari mempengaruhi risiko untuk mengalami masalah pada jantung. Pengaruhnya paling tampak pada pria paruh baya yakni antara 45-55 tahun.
Misalnya pada usia 55 tahun, pria yang butuh waktu lebih dari 15 menit untuk berlari sejauh 1,6 km risikonya untuk sakit jantung dalam 10 tahun ke depan mencapai 30 persen. Sementara pria yang hanya butuh kurang dari 8 menit, risikonya lebih kecil dari 10 persen.
Selengkapnya, besar kecilnya risiko stroke dan serangan jantung berdasarkan waktu tempuh saat berlari adalah sebagai berikut seperti dikutip dari DailyMail, Jumat (20/5/2011).
Waktu Tempuh | Risiko Usia 45 tahun | Risiko Usia 55 tahun | Risiko Usia 65 tahun |
Lebih dari 10 menit | 12,2 % | 19,6 % | 12,2 % |
Kurang dari 8 menit | 3,4 % | 4,9 % | 5,6 |
Sementara itu dalam penelitian terpisah yang dipublikasikan di jurnal Circulation, kaitan waktu tempuh saat berlari dengan risiko sakit jantung tidak ditemukan pada wanita paruh baya. Oleh karena itu, tabel di atas hanya berlaku bagi pria.
"Risiko serangan jantung pada wanita berusia 50 tahun ke bawah sangat kecil. Namun saat beranjak tua, risikonya meningkat secara drastis meski bisa ditangkal dengan berbagai cara termasuk diet yang sehat serta banyak berolahraga," ungkap salah seorang peneliti, Dr Jarett Berry.