Pages

Jangan Berintim-intim Bila....


Ilustrasi

Tingkat keharmonisan suami-istri salah satunya ditentukan oleh kualitas hubungan intim. Umumnya, frekuensi "bermesra-mesraan" dalam kondisi normal sekitar 3-4 kali dalam seminggu. Namun, dalam situasi kondisi tertentu, frekuensi bisa jadi berkurang. Ada yang melakukannya seminggu sekali, bahkan ada yang harus "puasa" selama 40 hari yaitu ketika sang istri dalam masa nifas.

Nah, kondisi apa sajakah yang akan membawa masalah jika hubungan seksual tetap dilakukan. Baik itu berupa kendala medis maupun psikologis. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut penjelasan Dr. H. Bambang Sukamto , DMSH, seksolog.

KENDALA MEDIS

1. Saat menstruasi

Hubungan intim tak boleh dilakukan ketika istri mengalami haid. Kenapa? Karena saat itu vagina mengeluarkan darah haid. Jika dalam kondisi tersebut tetap berlangsung hubungan intim, dikhawatirkan terjadi infeksi, terutama pada bagian rongga panggul. Dampak lebih jauh, infeksi dapat terjadi lebih parah karena pembuluh darah terbuka di bagian permukaan rahim. Jadi, sebaiknya hubungan intim ditunda dulu sampai istri berhenti menstruasi.

2. Masa Nifas

Empat puluh hari pascamelahirkan disebut masa nifas. Di saat ini juga suami-istri tak boleh melakukan hubungan intim karena tubuh ibu sedang mengalami proses pemulihan. Terkadang disertai nyeri akibat jahitan episiotomi. Tak salah kalau untuk kembali pulih dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Bahkan bisa jadi proses pemulihan berlangsung lebih panjang. Terutama jika terjadi infeksi pada vagina. Alhasil, hubungan intim mesti ditunda lebih lama sampai kondisi istri pulih.

Nah, walau masa nifas berlalu, kadang ibu masih merasakan nyeri ketika berhubungan intim. Penyebabnya bisa beragam. Misalnya, secara psikologis, ibu yang baru pertama kali melahirkan kadang merasa tertekan karena khawatir tak bisa menjalankan perannya sebagai ibu yang baik, mungkin juga akibat mengalami sindrom baby blues dan sebagainya. Tanpa disadari, kondisi seperti ini justru dapat menurunkan hasrat seksualnya. Ada juga wanita yang menjadi frigid (sulit terangsang) karena merasa tak percaya diri lagi setelah melahirkan. Dia merasa bentuk tubuhnya, payudara, bahkan vaginanya sudah tak seperti dulu lagi.

Kalau sudah begitu, sang suami sebaiknya tak memaksakan untuk berhubungan intim. Sebaiknya tunggu hingga kondisi fisik dan mental sang istri kembali stabil. Kemudian, ketika ia sudah kembali siap "berehem-ehem", maka suami hendaknya melakukan perangsangan lebih lama agar otot-otot vagina menjadi relaks serta memproduksi cairan pelumas yang mencukupi.

3. Masa hamil

Boleh dibilang, di usia kehamilan trimester pertama dan ketiga, wanita berada dalam masa yang rawan. Kalau hubungan intim dilakukan, bisa saja menimbulkan keguguran, pecah ketuban dini atau lahir prematur. Bahkan, untuk beberapa kondisi tertentu, dokter kandungan biasanya menyarankan agar suami-istri tak melakukan hubungan intim. Meski begitu, kalau menurut dokter istri boleh melakukan hubungan intim, silakan saja. Asalkan dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan posisi berhubungan yang tak mengganggu kenyamanan dan keselamatan janin beserta ibunya.

4. Kondisi sakit

Kondisi fisik kurang sehat membuat orang enggan melakukan hubungan intim. Badan yang lemah, demam, dan sebagainya tentunya tak bisa dipaksakan untuk bisa beraktivitas seksual secara maksimal. Alih-alih mencapai klimaks, aktivitas ini justru menambahkan penderitaan si sakit. Ada baiknya hubungan intim ditunda sampai si sakit sembuh. Nah, kondisi sakit seperti berikut ini harus ditangani lebih intensif, yaitu:

* Infeksi karena penyakit menular seksual

Beberapa penelitian menunjukkan, infeksi karena penyakit menular seksual seperti gonorhea makin meningkat. Dampak lebih parah dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya gangguan fungsi organ reproduksi. Selain dapat menularkan, pada wanita dapat menyebabkan kesulitan terjadinya kehamilan. Bahkan, pada beberapa kasus dapat menyebabkan nyeri panggul yang cukup parah. Lantaran itu, bagi pasangan yang divonis mengalami infeksi penyakit menular seksual, sebaiknya segera minta pengobatan ke dokter.

* Ada kelainan hormonal

Gangguan hormonal dapat menyebabkan berkurangnya produksi perlendiran pada vagina. Akibatnya, hubungan intim yang dipaksakan dapat menimbulkan sakit yang luar biasa. Namun karena tak berterus terang atau sungkan pada suami, banyak istri pura-pura merasakan kenikmatan bercinta. Padahal, sebaiknya kondisi seperti ini juga segera dikonsultasikan pada dokter.

* Ada kelainan alat genital

Misalnya, ada pria yang mengalami kelainan bentuk alat vital. Ketika berhubungan intim, timbul rasa nyeri di bagian penisnya dan kesulitan melakukan penetrasi. Kondisi ini mudah menimbulkan perlukaan dan dapat mengundang infeksi. Lantaran itu, perlu juga diperiksakan pada dokter untuk ditangani lebih lanjut.

KENDALA PSIKOLOGIS

Kondisi psikis yang buruk dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual. Maka dianjurkan pula untuk menunda berhubungan intim sampai kendala psikologis tersebut ditangani. Berikut gangguan psikis yang sering terjadi:

1. Stres/depresi

Pria atau wanita yang mengalami stres maupun depresi biasanya sulit berhubungan intim. Yang paling sering adalah mereka jadi tak memiliki gairah kemudian mengalami kesulitan ereksi dan orgasme. Dengan kata lain, si pria jadi "lemah syahwat" dan si wanita jadi frigid. Hubungan intim bisa saja dilakukan, tapi masing-masing tak dapat menikmatinya. Malah sebaliknya, mereka bisa merasa kesakitan karena tak mengalami perangsangan dan perlendiran yang

maksimal. Jika mengalami kondisi seperti ini, segeralah berkonsultasi pada dokter atau psikolog dan sebaiknya tunda dulu hubungan intimnya.

2. Konflik suami-istri

Pertikaian antara pasangan dapat menyebabkan hilangnya gairah bercinta. Boro-boro ingin berhubungan intim, yang ada mungkin rasa marah atau benci pada pasangan. Agar hubungan romantis bisa kembali dilakukan, sebaiknya konflik yang terjadi diselesaikan terlebih dulu. Kalau sudah berdamai, biasanya hubungan seks bisa kembali dilakukan serta suami-istri dapat merasakan kenikmatan dan kepuasan seksual.

3. Kelelahan

Kondisi fisik yang sedang turun karena terlalu capek tentu memengaruhi gairah bercinta. Kalaupun dipaksakan, hasilnya takkan maksimal. Si suami terlalu cepat ereksi atau si istri jadi tak mencapai orgasme. Bukan kenikmatan yang diperoleh tapi malah rasa kesal. Sebagai solusinya, perhatikan kondisi fisik apakah dalam kondisi fit atau lelah. Kalau merasa capek, sebaiknya jangan dulu berhubungan intim.

sumber:http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Jangan-Berintim-intim-Blia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...