Ada berapa dunia di jagat raya ini? Jawabannya adalah sesuai dengan jumlah penghuni yang menghuni bumi ini. Setiap orang mempunyai dunianya masing-masing. Cara memandang dunia seseorang akan berbeda dengan seseorang lainnya. Tetapi hanyalah sedikit orang yang bisa memandang dunia ini dengan penuh warna dan bermakna. Disini saya akan mencoba menjelaskna bagaimana kita seharusnya memandang dunia ini agar lebih bermakana. Artikel ini di kutip dari sebuah ebook yang berjudul "Memandang dunia" karya Khusni Mustaqim dan mengalami sedikit renovasi. Selanjutnya silahkan anda temukan sendiri nilai-nilainya.
Saya tidak habis pikir kenapa orang-orang tertentu lebih terpaku akan sebuah realitas dan logis tertentu daripada bermain dengan imajinasinya sendiri untuk bisa menemukan sebuah makna dalam hidup ini. Inilah yang membuat kita dipenjara oleh diri kita sendiri. Dunia menuntut kita untuk berpikir realistis dan logis. Berpikir dengan dasar-dasar ilmiah dan segala macamnya. Namun apa itu
ilmiah? Pada prakteknya seringkali ilmiah justru membelenggu pemikiran kita. Kita tahu bahwa kebenaran yang mutlak itu adalah milik Tuhan jadi kenapa kita tidak mencoba berfikir subjektif saja daripada berfikir objektif karena pemikiran-pemikiran yang berhasil mengubah dunia juga awalnya berasal dari pemikiran subjektif.
Apa yang dilakukan manusia semuanya berasal dari apa yang telah mereka lakukan. Dan apa yang mereka lakukan berasal dari sumber pikiran yang mendukung tindakan itu.
Ketika seseorang memberikan uang 100.000 rupiah kepada orang lain, pada awalnya ini dipengaruhi oleh sumber pikiran yang membuatnya ingin memberikan uang itu, kemudian sumber pikiran itu bisa seperti "Ia memberikan uang itu karena niatnya untuk mendapatkan pahala dari Allah atau bisa saja ia memberikan uang 100rb agar orang yang melihatnya menjadi kagum kepadanya" ini yang dinamakan sumber pikiran yang kemudian menggerakan perilakunya untuk memberikan uang itu sehingga hasilnya berupa ucapan terima kasih dari orang lain atau pujian dari orang yang melihatnya.
Sumber pikiran bisa lebih dari satu sumber.
Ketika seseorang bertindak itu karena dipengaruhi oleh sebuah sumber pikiran dan sember pikiran itu bisa lebih dari beberapa pendukung. Misalnya seorang anak selalu masuk sekolah tepat waktu tak pernah telat. Ini adalah karena sebuah sumber pikiran yang menggerakannya yaitu "dia ingin berperilaku displin dan sebagai teladan untuk temannya yang lain karena kebetulan dia adalah ketua osis" tetapi bisa saja ia melakukan itu karena ia tidak ingin di hukum karena telat dan di tertawakan di kelas".
Sumber pikiran yang ditanamkan kepada orang lain harus benar.
Sumber pikiran yang benar akan membuat semua apa yang dilakukan semua orang akan lebih bermakna untuk hidupnya. Misalnya seorang anak yang mengerti konsep disiplin adalah ketika ia datang ke sekolah terlambat ia akan di hukum. Anak itu pasti akan membuat sumber pikiran yang berkaitan dengan displin yaitu "Takut hukuman". Ini jelas-jelas keliru jadi sepantasnyalah mari kita tanamkan sumber pikiran yang baik kepada anak-anak kita ataupun orang yang lain.
Seseorang yang tidak punya arah hidup.
Perilaku kemudian menghasilkan hasil tanpa sumber pikiran akan membuat seseorang tidak punya arah. Inilah yang kebanyakan di miliki oleh seseorang karena sumber pikiran yang baik akan membuat seseorang hidup tenang dan tidak punya konflik batin yang kebanyakan melanda banyak orang pada umumnya. Seseorang yang mengutamakan (perilaku-->hasil) bisa saja hasilnya bagus tetapi orang ini akan mudah disetir oleh orang lain karena tidak punya sebuah alat filter di dalam dirinya dalam memaknai hidup ini.
Jadi sudah sepantasnyalah kita bertindak dengan sebuah sumber pikiran yang benar. Telah menganugerahi kita sebuah akal untuk berfikir. Kenapa kita tidak menggunakan saja imajinasi kita daripada menjejalkan otak-otak kita dengan beribu pengetahuan. Albert Einstein berkata "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan". Dengan berimajinasi kita akan mendapat sebuah pengetahuan dan sebaik-baiknya pengetahuan adalah bagaimana cara berimajinasi yang baik dan menghasilkan sebuah ilmu/karya serta memaknai hidup ini dengan benar. Dunia itu milik kita jadi sudah sepantasnyalah kita gunakan imajinasi kita untuk memaknai hidup ini. Ingat, semua pemikiran yang telah mengubah dunia berawal dari pemikiran yang subjektif.
Semoga bermanfaat.
Salam sukses.
Saya tidak habis pikir kenapa orang-orang tertentu lebih terpaku akan sebuah realitas dan logis tertentu daripada bermain dengan imajinasinya sendiri untuk bisa menemukan sebuah makna dalam hidup ini. Inilah yang membuat kita dipenjara oleh diri kita sendiri. Dunia menuntut kita untuk berpikir realistis dan logis. Berpikir dengan dasar-dasar ilmiah dan segala macamnya. Namun apa itu
ilmiah? Pada prakteknya seringkali ilmiah justru membelenggu pemikiran kita. Kita tahu bahwa kebenaran yang mutlak itu adalah milik Tuhan jadi kenapa kita tidak mencoba berfikir subjektif saja daripada berfikir objektif karena pemikiran-pemikiran yang berhasil mengubah dunia juga awalnya berasal dari pemikiran subjektif.
Apa yang dilakukan manusia semuanya berasal dari apa yang telah mereka lakukan. Dan apa yang mereka lakukan berasal dari sumber pikiran yang mendukung tindakan itu.
Ketika seseorang memberikan uang 100.000 rupiah kepada orang lain, pada awalnya ini dipengaruhi oleh sumber pikiran yang membuatnya ingin memberikan uang itu, kemudian sumber pikiran itu bisa seperti "Ia memberikan uang itu karena niatnya untuk mendapatkan pahala dari Allah atau bisa saja ia memberikan uang 100rb agar orang yang melihatnya menjadi kagum kepadanya" ini yang dinamakan sumber pikiran yang kemudian menggerakan perilakunya untuk memberikan uang itu sehingga hasilnya berupa ucapan terima kasih dari orang lain atau pujian dari orang yang melihatnya.
Sumber pikiran bisa lebih dari satu sumber.
Ketika seseorang bertindak itu karena dipengaruhi oleh sebuah sumber pikiran dan sember pikiran itu bisa lebih dari beberapa pendukung. Misalnya seorang anak selalu masuk sekolah tepat waktu tak pernah telat. Ini adalah karena sebuah sumber pikiran yang menggerakannya yaitu "dia ingin berperilaku displin dan sebagai teladan untuk temannya yang lain karena kebetulan dia adalah ketua osis" tetapi bisa saja ia melakukan itu karena ia tidak ingin di hukum karena telat dan di tertawakan di kelas".
Sumber pikiran yang ditanamkan kepada orang lain harus benar.
Sumber pikiran yang benar akan membuat semua apa yang dilakukan semua orang akan lebih bermakna untuk hidupnya. Misalnya seorang anak yang mengerti konsep disiplin adalah ketika ia datang ke sekolah terlambat ia akan di hukum. Anak itu pasti akan membuat sumber pikiran yang berkaitan dengan displin yaitu "Takut hukuman". Ini jelas-jelas keliru jadi sepantasnyalah mari kita tanamkan sumber pikiran yang baik kepada anak-anak kita ataupun orang yang lain.
Seseorang yang tidak punya arah hidup.
Perilaku kemudian menghasilkan hasil tanpa sumber pikiran akan membuat seseorang tidak punya arah. Inilah yang kebanyakan di miliki oleh seseorang karena sumber pikiran yang baik akan membuat seseorang hidup tenang dan tidak punya konflik batin yang kebanyakan melanda banyak orang pada umumnya. Seseorang yang mengutamakan (perilaku-->hasil) bisa saja hasilnya bagus tetapi orang ini akan mudah disetir oleh orang lain karena tidak punya sebuah alat filter di dalam dirinya dalam memaknai hidup ini.
Jadi sudah sepantasnyalah kita bertindak dengan sebuah sumber pikiran yang benar. Telah menganugerahi kita sebuah akal untuk berfikir. Kenapa kita tidak menggunakan saja imajinasi kita daripada menjejalkan otak-otak kita dengan beribu pengetahuan. Albert Einstein berkata "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan". Dengan berimajinasi kita akan mendapat sebuah pengetahuan dan sebaik-baiknya pengetahuan adalah bagaimana cara berimajinasi yang baik dan menghasilkan sebuah ilmu/karya serta memaknai hidup ini dengan benar. Dunia itu milik kita jadi sudah sepantasnyalah kita gunakan imajinasi kita untuk memaknai hidup ini. Ingat, semua pemikiran yang telah mengubah dunia berawal dari pemikiran yang subjektif.
Semoga bermanfaat.
Salam sukses.