Ada sebuah kisah tentang seorang anak lelaki yang berasal dari Singapura, Adam Khoo namanya. Ketika masih SD, dia adalah seorang anak lelaki yang sangat malas. Kerjaan setiap harinya cuma main game dan nonton TV. Tak heran nilai-nilai mata pelajarannya pun selalu E (kurang). Hal ini menyebabkan Adam Khoo sangat membenci sekolahnya, benci belajar, dan membenci guru-gurunya.
Pada waktu kelas 3 SD ia dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke sekolah lain. Adam Khoo terlihat sangat tidak memperdulikan masa depan. Ketika masuk SMP pun ia ditolak oleh 6 sekolah dan akhirnya masuk ke sekolah yang terjelek. Siswa-siswanya pun bukan siswa pilihan terbaik. Dari sekian siswa yang kurang pandai, Adam Khoo termasuk siswa paling bodoh. Dari 160 siswa di sekolah itu, adam Khoo menduduki peringkat 10 terbawah.
Orang tuanya terlihat panik dan memasukan Adam Khoo ke beberapa les belajar namun tidak membantu sama sekali. Nilai rata-rata mata pelajaran yang didapat adalah 40. Guru matematika yang pernah mengajarnya pun pernah berkata, "Kenapa di SMP kelas 1, Adam Khoo tidak bisa mengerjakan soal kelas 4 SD?”. Sungguh betapa bodohnya Adam Khoo ini.
Pada umur 13 tahun, Adam Khoo dikirim ke Super-Teen Program yang diajari oleh Ernest Wong, yang menggunakan teknologi Accelerated Learning, Neuro Linguistic Programming (NLP) dan Whole Brain Learning. Sejak saat itu keyakinan Adam Khoo berubah. Ia yakin bahwa dia bisa melakukan apa yang di pikirkannya.
Gurunya di Super-Teen Program yaitu Ernest Wong berkata “Satu-satunya hal yang bisa menghalangi kita adalah keyakinan yang salah serta sikap yang negative.” Kata-kata itu sangat mempengaruhi pikiran Adam Khoo. Pada akhirnya ia tahu bahwa salah satu penyebab dia tidak bisa mengerjakan yang orang lain kerjakan adalah pikiran yang negatif. Adam Khoo kemudian bertekad berubah, kalau orang lain bisa, dia pun juga pasti bisa.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Adam Khoo berani menentukan target-nya, yaitu mendapatkan nilai A semua. Dia menentukan goal jangka pendeknya, yaitu masuk Vitoria Junior College (SMA terbaik di Singapura), tujuan jangka panjangnya masuk National University of Singapore dan menjadi murid terbaik disana.
Ketika kembali ke SMP Adam Khoo berani berkata kepada teman-teman di kelas bahwa dia akan masuk dan melanjutkan ke Victoria Junior College dan National University of Singapore. Semua orang menertawakannya, karena tidak pernah terjadi dalam sejarah bahwa lulusan SMP tersebut masuk Victoria Junior College dan National University of Singapore. Bukannya jadi loyo karena di tertawakan, Adam Khoo malah semakin tertantang untuk semakin bekerja dengan cerdas dan keras untuk mencapai impian dan mengubah sejarah.
Dalam waktu 3 bulan rata-rata nilainya naik menjadi 70. Dalam satu tahun, dari ranking terbawah dia menduduki ranking 18. dan ketika lulus SMP, dia menduduki ranking 1 dengan Nilai Ebtanas Murni A semua untuk 6 mata pelajaran yang diuji. Dia kemudian diterima di Victoria Junior College dan mendapatkan nilai A bulat untuk tiga mata pelajaran favoritnya. Akhirnya dia diterima di National University of Singapore (NUS) dan karena di universitas itu dia setiap tahun menjadi juara, akhirnya Adam Khoo dimasukkan ke NUS Talent Development Program. Program ini diberikan khusus kepada TOP 10 mahasiswa yang dianggap jenius.
Seorang yang tadinya bodoh kini menjadi seorang yang jenius, bagaimana mungkin bisa? Semua itu bisa. Adam Khoo membuktikan dengan keyakinan serta tekad yang kuat untuk berubah akhirnya bisa menjadi orang yang jenius padahal dulunya ia sangat goblok.
Pada umur 26 tahun dia mempunyai empat bisnis yang beromzet US$ 20juta.