Hari kemarin di saat aku selesai mandi ingin melaksanakan shalat maghrib tiba-tiba lampu di kamar mandiku mati. Ya ternyata mati lampu. Dalam kegelapan itu aku mencoba menggapai dan meraih sesuatu. Menggerayang sana-sini mencari handuk, ya aku menemukannya.
Setelah itu aku meminta ibuku untuk mengambilkan lilin yang ada di ruang TV untuk kemudian saya pasang di kamar mandi untuk menerangiku mengambil air wudhu.
Selesai shalat aku keluar menuju ruang TV dan banyak lilin terpasang. Seperti biasa aku berkumpul dengan keluarga disana.
Kala aku memandang sebuah lilin yang menyala aku memandangnya di saat itu juga seakan-akan dia memberitahuku akan suatu hal akan gejala yang terjadi dalam hidup ini. Ada yang bilang lilin itu bodoh. Mengapa? Dia menerangi dirinya tapi dia sendiri habis terbakar. Tapi di balik itu ada suatu pesan moral yang memberitahuku tentang lilin. Lilin itu mengajarkan aku akan pentingnya membakar sesuatu dalam diri kita supaya kita bisa menerangi orang lain. Ya. Lilin itu mengajarkanku agar kita harus membakar ego kita agar kita bisa berbagi dengan orang lain.
Di kampus saya punya seorang teman yang mempunyai sifat temperamental. Dia tidak menerima ketika pendapatnya bertentangan dengan orang lain. Dia melakukan banyak cara agar pendapatnya menguat dan setiap kali ada seorang yang mencoba mengasih saran dengan pendapat lain sepertinya sedikit sekali dia menerima, kebanyakan menolaknya apalagi jika tahu orang yang memberinya saran itu dianggap kurang pandai atau dia lebih pandai dari orang itu.
Lho?? Sebentar bukannya jika kita berpikir kritis itu baik. Bukankah dengan kita berpikir kritis berarti intelektual kita tergolong tinggi. Ya memang itu benar tetapi ini bukan tentang siapa kita tapi tentang cara bagaimana kita menjalin hubungan dengan orang lain. Bukankah jika kita mempunyai persamaan pikiran dengan orang lain akan terjadi ikatan batin, bukankah sahabat sejati kita itu orang yang mengerti akan hidup kita. Bayangkan bila sahabat sejati kita itu memiliki sifat yang selalu bertentangan dengan pendapat kita.Bukankah dengan berbagi kita bisa mendapatkan pelajaran yang belum kita ketahui tanpa kita harus mencarinya? Bukankah dengan berbagi ilmu kita semakin bertambah?
Sekedar catatan sifat yang saya maksud ini bukan sifat mengalah (Yesman) yang selalu mengiyakan apa kata orang tanpa harus menyaringnya terlebih dulu. Sekali lagi bukan itu. Apabila ada perbedaan pendapat antara kita tentunya kita bisa mengkritiknya secara halus dan bermoral.
Lilin itu mengajarkan kita harus membakar ego yang selalu bergejolak terutama ketika kita memiliki perbedaan pendapat dengan orang lain. Dengan kita membakar ego maka kita akan mudah bergaul dengan siapa saja. Aminnn.