Di balik khasiatnya sebagai makanan sehat, telur sangat rawan terinfeksi bakteri Salmonella. Tapi sayang, untuk mengetahui apakah telur ini sehat atau terinfeksi bakteri susah dilakukan. Yang bisa dilakukan hanya mencegahnya.
Telur bisa mengandung bakteri makanan berbahaya yang disebut dengan Salmonella enteritidis (S. enteritidis). Bakteri ini umumnya masuk ke dalam telur melalui beberapa cara, salah satunya adalah terkontaminasinya kulit telur dengan kotoran.
Bisa juga karena ayam petelur itu sudah memiliki bakteri Salmonella di dalam ususnya. Pada manusia bakteri ini ditemukan di usus dan kotoran (feses) terutama bagi orang yang sudah terinfeksi.
Bisakah masyarakat membedakan telur yang sehat dengan telur yang sudah terinfeksi bakteri Salmonella?
"Tidak ada cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengetahui apakah telur telah tercemar atau belum. Karena Salmonella bisa menginfeksi setiap jenis ayam dan tidak ada bukti ilmiah yang bisa menunjukkan suatu telur bebas dari bakteri," ujar Profesor Rob Gravani, seorang profesor ilmu pangan dari Cornell University, seperti dikutip dari LiveScience, Kamis (19/8/2010).
Kasus telur yang terkena Salmonella harus dibuktikan lewat pengujian laboratorium dan tidak bisa diterawang dengan mata telanjang.
Maka itu, menurut Prof Gravani jika sudah ada pengumuman bahwa telur tersebut terinfeksi sebaiknya masyarakat tidak mengonsumsinya. Karena bagian luar dan dalam telur yang terinfeksi akan tampak normal. Cara lain adalah memperhatikan cara masak dan menyimpan yang benar sehingga bakterinya bisa mati.
Wabah telur yang terinfeksi Salmonella secara besar-besaran baru-baru ini terjadi di Atlanta AS. Pemerintah setempat menarik sekitar 380 juta telur dari pasaran akibat terkena wabah Salmonella.
Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) kini tengah melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab wabah Salmonella pada telur ini. Penyelidikan dilakukan di beberapa tempat makan yang memang menyajikan menu makanan dengan telur mentah, telur yang dimasak tidak sampai matang dan telur yang tidak dipasteurisasi.
Meski tidak bisa dibedakan antara telur sehat dan yang terinfeksi, ada beberapa tindakan spesifik yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi Salmonella.
Caranya seperti dikutip dari CDC.gov adalah:
- Tidak mengonsumsi telur yang sudah retak atau kotor (pada kulit telur terdapat kotoran ayam).
- Mencuci tangan, peralatan masak dengan sabun dan air setelah kontak dengan telur mentah.
- Telur harus dimasak hingga bagian putih dan kuningnya matang (mencapai suhu 71 derajat Celsius) lalu tidak menunda-nunda untuk mengonsumsinya.
- Jangan menyimpan telur pada suhu hangat atau kamar selama lebih dari 2 jam.
- Simpan telur di lemari pendingin jika tidak ingin digunakan.
- Menghindari mengonsumsi telur mentah.
- Usahakan untuk tidak mengonsumsi makanan di restoran yang dibuat dengan telur mentah, kurang matang atau belum di pasteurisasi.
- Usahakan untuk selalu menyimpan telur pada suhu 45 derajat Fahrenheit (kurang dari 7 derajat Celsius) sepanjang waktu.
Jika seseorang keracunan Salmonella, biasanya akan mengalami gejala demam, kram perut dan diare sekitar 12-72 jam setelah mengonsumsi makanan yang dikonsumsi. Penyakit ini biasanya berlangsung 4-7 hari.
Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, orangtua dan bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena sakit akibat infeksi Salmonella. Pada kelompok ini infeksi dapat menyebar dari usus ke aliran darah dan bagian tubuh lain.