Selama ini masyarakat mengetahui bahwa antoksidan adalah suatu zat yang sangat bermanfaat untuk menghilangkan radikal bebas dari dalam tubuh. Tapi ada 5 mitos yang salah mengenai antioksidan ini.
"Antioksidan memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan dan bisa melawan sesuatu yang buruk di dalam tubuh. Karenanya banyak orang yang berusaha untuk mengonsumsinya dalam porsi besar," ujar Marion nestle, PhD, MPH, seorang ahli gizi dan ahli kesehatan masyarakat dari New York University, seperti dikutip dari Menshealth, Jumat (6/8/2010).
Hal ini tentu saja membuat seseorang tidak ragu-ragu untuk mengonsumsinya. Tapi agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal maka masyarakat harus mengetahui terlebih mitos yang ada mengenai antioksidan ini, yaitu:
1. Mitos radikal bebas harus dihancurkan
Meskipun radikal bebas selalu dikaitkan sebagai penyebab beberapa penyakit serius, tapi belum tentu radikal bebas ini sejahat yang orang pikirkan. Molekul ini merupakan produk sampingan dari proses metabolisme dasar yang dikenal dengan oksidasi.
Radikal bebas bisa bermanfaat, misalnya sel-sel kekebalan akan menembak ke radikal bebas untuk menyerang dan membunuh bakteri yang menginfeksi tubuh. Tapi jika jumlahnya banyak baru radikal bebas bisa berbahaya, karenanya seseorang harus mengetahui apakah antioksidan yang dimilikinya sudah mencukupi atau tidak.
Hal yang harus dilakukan adalah cobalah untuk menahan kebiasaan merokok dan melakukan pola hidup sehat dengan mengonsumsi sedikitnya 5 porsi buah dan sayur sehari.
2. Mitos semua antioksidan bekerja dengan cara yang sama
Tidak semua antioksidan bekerja dengan cara yang sama, karena beberapa antioksidan bisa unggul dalam memerangi radikal bebas tertentu sementara antioksidan lainnya efektif untuk radikal bebas yang berbeda. Untuk itu diperlukan antioksidan dari berbagai sumber agar bisa memberikan sistem pertahanan yang efektif dan bisa melindungi tubuh.
Hal yang harus dilakukan adalah melakukan variasi makanan terutama yang diketahui memiliki kandungan antioksidan dan vitamin tertentu.
3. Mitos semua antioksidan berasal dari buah dan sayuran
Beberapa kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran lain memang diketahui memiliki antioksidan yang banyak, karena tanaman menghasilkan antioksidan untuk melawan predator dan sinar UV. Tapi sebenarnya daging, produk susu dan telur juga mengandung beberapa antioksidan meskipun tidak sebanyak tanaman.
Hal yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi gandum, kacang-kacangan dan biji-bijian secara teratur serta dilengkapi dengan produk hewani. Karena hewan yang mengonsumsi tanaman juga terbukti mengandung antioksidan.
4. Mitos makanan yang difortifikasi dengan antioksidan lebih menyehatkan
Makanan yang telah difortifikasi memang mengandung antioksidan, tapi jumlahnya kecil dan kemungkinan hanya terdapat satu atau dua jenis antioksidan saja. Karena itu makanan yang secara alami sudah mengandung antioksidan pastinya akan lebih menyehatkan, selain itu dibutuhkan variasi atau keragaman jenis makanan.
Hal yang bisa dilakukan adalah usahakan untuk mengonsumsi makanan nabati yang sudah diketahui kaya akan antioksidan. Selain itu perhatikan dengan baik zat yang terkandung di setiap kemasan makanan.
5. Mitos jika berolahraga dan mengonsumsi suplemen, maka akan menjadi manusia superfit
Berolahraga memang menyebabkan proses oksidasi lebih banyak yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas. Tapi jika seseorang mengonsumsi suplemen antioksidan dalam jumlah besar setelah berolahraga, maka bisa menggangggu respons alami yang sudah dilakukan oleh tubuh. Selain itu suplemen yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menguras tenaga tubuh dan membuat seseoang kehilangan kekuatan otot.
Hal yang bisa dilakukan adalah sebaiknya mendapatkan antioksidan dari makanan dan bukan dari suplemen, dan juga antioksidan yang berasal dari suplemen terkadang tidak selalu bisa berfungsi lebih baik.
Sebenarnya bagaimana antioksidan bekerja di dalam tubuh?
- Ketika molekul kehilangan sebuah elektron, maka ia akan menjadi radikal bebas yang reaktif dengan satu elektron yang tidak berpasangan.
- Radikal bebas ini akan berusaha mencuri elektron dari molekul terdekatnya agar bisa kembali seimbang.
- Hal ini tentu saja bisa menjadi reaksi berantai yang dapat menyebabkan kerusakan komponen sel termasuk DNA. Selain itu juga bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang menjadi lebih lemah.
- Tapi jika seseorang mendapatkan antoksidan, maka molekul antioksidan akan memberikan satu elektronnya untuk menetralisir radikal bebas.
- Namun antioksidan ini berbeda dengan radikal bebas, karena ia mampu menjaga stabilitasnya meskipun sudah menyumbangkan elektron.