Oleh : Ust.Yusuf Mansur
Banyak alasan yang membuat kaum wanita jatuh cinta kepada Islam. Banyak ‘kejutan’ dan respon yang mengungkapkan tentang “ketertindasan” yang dialami kaum wanita di “negara-negara Islam konservatif” terkait masalah jilbab. Sudah ribuan buku dan tulisan yang membahas tentang hal ini.
Namun meskipun demikian, kita tak bisa memungkiri ada ribuan atau bahkan jutaan wanita yang lebih memilih untuk menutup auratnya dengan jilbab (red: hijab) meskipun ia tengah berada dalam komunitas masyarakat yang bebas.
Mengapa permasalahan tentang wanita yang mengenakan hijab terus diwacanakan? Pendapat tentang sepotong “kain” yang mampu menindas kaum wanita adalah opini yang konyol dan mengada-ada. Pada kenyataannya, kebanyakan dari kaum wanita merasa bahwa jilbab (hijab) telah dibebaskan pada mereka dalam banyak cara.
Para perempuan Muslim tidak lagi tunduk pada degradasi seksual perempuan dalam masyarakat jika mereka memakai jilbabnya. Pernahkah Anda mendengar seorang wanita waras meminta untuk ditindas atau rusak? Pastilah tak ada seorang pun yang berpikir demikian. Percayalah inilah yang dirasakan oleh para perempuan Muslim di seluruh dunia.
Tentu saja Islam tidak melulu tentang jilbab. Jilbab adalah suatu aplikasi aktual terhadap keimanan dan ketaatan kepada Allah. Meskipun demikian, kewajiban akan pemakaian hijab adalah bersifat fardhu ‘ain bagi kaum Hawa.
Iman Islam didasarkan pada beberapa prinsip, yang pertama dan paling penting adalah konsep Allah yang Esa. Agung dan Kekal, Tak Terbatas dan Maha Perkasa, Maha Penyayang dan Pengasih, Pencipta dan Penyedia. Allah tidak memiliki ayah maupun ibu, tidak anak-anak juga. Dia bukanlah ayah dari siapa pun. Tidak ada yang sama dengan-Nya. Ia adalah Allah seluruh umat manusia, bukan dari suku atau ras tertentu.
Konsep ini jelas sangat menarik bagi orang yang mempelajari Islam karena itu adalah logis, sederhana dan adil. Dalam dunia yang kompleks dan sering ceroboh, kesederhanaan sangat menarik bagi wanita. Hal pertama yang menonjol tentang Islam adalah konsep Allah yang Esa, Tauhid.
Selain itu, –yang mungkin menarik bagi kaum wanita– adalah Islam banyak membahas permasalahan terkait wanita. Meskipun tidak hanya terbatas tentang hal itu (wanita). Islam sendiri membahas permasalahan yang terkait dengan seluruh umat manusia, kaum muda, tua, sakit dan orang tak berdaya, dan orang kaya dan kuat. Islam bahkan membahas mengenai kaum non muslim.
Islam juga berlaku di zaman modern. Hal-hal yang ditulis 1400 tahun yang lalu masih bisa diterapkan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hebatnya, banyak permasalahan terkait wanita ditunjukan solusinya melalui Quran dan Sunnah (kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam).
Banyak para wanita yang bertanya-tanya tentang hikmah di balik banyaknya jumlah istri Rasulullah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam. Setiap salah satu dari istri beliau memainkan peran tertentu dalam Islam dan sering disebut kembali ketika mencari penyelesaian masalah oleh perempuan.
Sebagai contoh, istri pertama Rasulullah shallalahu alaihi wa salam, Khadijah (ra.) yang jauh lebih tua dari beliau 15 tahun, seorang wanita bisnis kaya. Dalam hal ini terdapat tauladan bagaimana ketika seorang Muslim menikahi seorang wanita yang usia jauh di atasnya dan dengan kekayaan yang lebih besar darinya. Rasulullah SAW memberikan contoh dan tauladan bagaiman menempatkan diri sebagai seorang suami.
Sementara itu, kenyataan lain bagi perempuan adalah fakta bahwa seorang suami dan ayah, serta saudara dan paman diperintahkan untuk melindunginya. Ini merupakan hukum alam terkait seorang wanita. Seorang gadis tumbuh menjadi wanita yang aman ketika ia memiliki keluarga yang melindunginya. Ketika dia melihat pria di sekelilingnya yang kuat, berani dan terhormat ia pun mampu mengembangkan harga diri yang kuat.
Ketika dia tumbuh dan menikah dan menjadi seorang ibu, pasti dia ingin perlindungan suaminya untuk dirinya sendiri dan keturunannya. Jika kita menyangkal bahwa perempuan adalah seperti halnya laki-laki yang mampu dan berperan sama sebagai pelindung, pada dasarnya kita menyangkal hakikat seorang wanita dan menurunkan posisi manusia. Manusia memiliki tempat dan peran dalam keluarga dan begitu juga perempuan.
Beberapa aspek lain dalam Islam yang menarik bagi wanita, misalnya hak untuk bekerja, hak untuk memiliki properti, hak untuk warisan dan seterusnya. Meskipun semua hal-hal ini penting untuk seorang wanita, hal tersebut mungkin tidak terlalu menarik bagi wanita saat ini karena mereka telah mendapatkannya sekarang.
Namun apa yang mengesankan adalah bahwa mereka diberi hak-hak ini 1400 tahun yang lalu saat sejarah perempuan dalam masyarakat Barat dimarjinalkan sebagai “kelompok masyarakat” dengan intelektual lebih rendah dari pria, tetapi juga sumber utama dari penindasan dan kejahatan. Tetapi dalam Islam, sejak kedatangannya wanita telah mendapatkan tempat yang mulia.
Faktor terakhir yang paling menarik bagi seorang wanita terhadap Islam adalah kedudukan seorang istri, ibu dan keluarga. Islam mendudukkan keluarga dan pernikahan dalam status yang tinggi. Ibu mendapatkan posisi tertinggi di “mata” Islam. Ada banyak contoh dalam Al Quran, salah satunya dalam surat Luqmaan 31:14-15:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Istri diberi berdiri sangat tinggi dan mempunyai ‘kedudukan’ yang sama dengan laki-laki sebagai manusia. seperti yang tersurat dalam Al-Nisa 4:19.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.“
Dan Nabi shallalahu alaihi wa salam berkata: “Dan perlakukan wanita dengan kebaikan, dan perlakukan wanita dengan kebaikan.”
Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah shallalahu alaihi wa salam bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kamu sekalian adalah orang yang paling baik terhadap istri mereka”. [HR. Tirmidzi]
“Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku.” Diriwayatkan oleh al-Tirmidhi, 3895; digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Al-Jami ‘, 3314.
Saat ini keberadaan sebuah keluarga seolah berada di ambang kehancuran. Hal ini terjadi karena adanya persimpangan semua perbatasan peradabaan sekuler atas. Keluarga tidak lagi dinilai sebagai wadah dalam membentuk generasi berperadaban, tetapi konsep tentang berkeluarga seolah menjadi momok yang dikoar-koarkan tentang beban berat yang hendak dipikul terkait permasalahan ekonomi dan kebebasan.
Opini tentang pernikahan adalah pasung bagi kaum wanita adalah wacana konyol yang digemboskan oleh kaum feminisme, karena pada faktanya Islam mengatur tentang setiap adab dalam perkawinan dimana wanita diposisikan dengan kedudukan yang mulia dalam hubungan perkawinan dan keluarga.
Tentunya semua wanita menginginkan kemenangan bagi anak-anak mereka dan keluarga. Masyarakat dan kehidupan mungkin telah berubah dalam banyak cara, namun dalam banyak hal esensi keberadaan manusia masih sama.
Kisah berikut adalah contoh moral yang sangat baik tentang bagaimana Islam memandang perempuan. Orang-orang Yunani Iliad karya Homer dan kami memiliki Mu’tasim.
Pelecehan yang terjadi padanya ‘hanyalah’ disibakkannya kerudung penutup kepalanya oleh tentara Romawi, kemudian dia berteriak minta keadilan agar haknya dilindungi oleh Penguasa Muslim ketika itu, “Ya Mu’tasim”. Dan teriakan itu sampai di telinga Khalifah Mu’tasim Billah.
Dalam suatu riwayat disebutkan Mu’tasim menyuruh adzan keenam yang bertujuan untuk mengumpulkan semua umat Islam di masjid. Dan mereka berkata, “Ada apa?”. Mu’tasim menjawab bahwa “Sebuah laporan telah saya dengar, seorang saudari Muslim dilecehkan kehormatannya di sebuah kota Romawi.”
Ia berkata “Wallahi, aku akan mengirim tentara yang begitu besar sehingga saat mencapai rombongan tentara pertama yang berangkat telah mencapai sana (kota tempat wanita tersebut tinggal, Roma), rombongan tentara lain baru akan meninggalkan pangkalan kami. Dan saya akan mengirimkan tentara ke kota itu.”
Ini adalah respon menentukan dari seorang Khalifah, ketika kehormatan seorang saudari tersentuh. Bahkan kisah ini terus dan tetap menjadi kisah dalam sejarah moral yang tetap sama. Dan hal ini juga adalah alasan mengapa wanita mencintai Islam! Wallahua’lam